Penulis : Wastu Adi Mulyono 1, Haryatiningsih Purwandari 2, Ryan Hara
Keywords: Learning styles, student’s grade
Jurnal Penelitian | JURNAL KEPERAWATAN PENGARUH PELATIHAN GAYA BELAJAR TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA | Kemajuan profesi keperawatan ditentukan oleh tiga pilar utama yaitu pendidikan, pelayanan dan penelitian. Program Sarjana Keperawatan (PSKp) Universitas Jenderal Soedirman merupakan bagian dari pilar pendidikan tersebut. Oleh karena itu Jurusan Keperawatan bertanggungjawab dalam mendidik calon-calon perawat agar dapat menjadi perawat profesional yang berkualitas. Kualitas perawat profesional dipengaruhi juga prestasi belajar selama pendidikannya. Prestasi belajar mempengaruhi kesempatan mahasiswa dalam meraih peluang kerja. Hal ini dapat dibuktikan dengan pengumuman persyaratan pegawai negeri sipil baik daerah maupun pusat, kesempatan studi lanjut ke pendidikan tingkat master, yang mensyaratkan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) minimal 2,75. Data Bapendik PSKp Universitas Jenderal Soedirman (UNSOED) semester genap 2005/2006 menunjukkan rerata IPK mahasiswa regular 2005/2006 adalah 2,50. Data ini jauh dari dibawah target tahunan Bapendik PSKp yang mentargetkan 80% mahasiswa memiliki IPK ≥3.00. Hal ini juga mengindikasikan sebagian mahasiswa PSKp UNSOED tidak dapat bersaing ketat untuk meraih pangsa pasar. Penelitian Purwandari dan Mulyono (2006), terhadap 51 mahasiswa kelas reguler 2005/2006 menunjukkan 64% responden menyatakan keinginan bekerja di luar negeri. Keinginan ini juga akan dihadapkan pada ketatnya persyaratan bekerja diluar negeri. Pada seminar Nasional Keperawatan “ Strategi meraih pasar kerja di era global “ yangdilaksanakan pada tanggal 16 September2005 di Purwokerto menyebutkan salah satu persyaratan rekrutmen tenaga kerja perawat keluar negeri adalah kemampuan berbahasa Inggris yang aktif. Kemampuan ini akan ditunjang dengan IPK yang memadai agar dapat bersaing secara kompetitif. Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan 94,1% responden berasal dari SMA/SMU dan dan sisanya dari MAN. Jurusan yang dipilih ketika SMA/MAN paling banyak adalah IPA (76,5%). Sementara 43,1 % responden pernah memiliki prestasi akademik pada tingkat pendidikan sebelumnya dan mayoritas dari responden (84,3%) menyatakan keinginan menjadi perawat atas keinginan sendiri dan bukan paksaan dari orang lain. Berdasarkan data tersebut, kemungkinan tidak ada permasalahan dalam kualitas input calon mahasiswa PSKp. Rendahnya IPK mahasiswa dapat disebabkan oleh proses adaptasi terhadap lingkungan dan cara belajar yang baru. Kurikulum Berbasis Kompetensi yang dicanangkan Dikti pada tahun 2002 menekankan kepada pencapaian kompetensi oleh peserta didik melalui method of inquiry and discovery. Kompetensi menurut SK. Mendiknas No. 045/U/2002 pasal 21 dinyatakan sebagai seperangkat tindakan cerdas, penuh tanggung jawab yang dimiliki seseorang sebagai syarat untuk mampu dianggap oleh masyarakat dalam menjalankan tugas dibidang tertentu. Rujukan yang menginspirasi pengembangan KBK di perguruan tinggi adalah The Four Pillars of Education in the 21 th century dari UNESCO yang menginspirasi kurikulum dengan learn to know, learn to do, learn to be dan learn live together (Lokakarya pendalaman materi pekerti-AA, 2006) Kurikulum mengharuskan pola pembelajaran yang aktif dan paradigma pendidikan bergeser dari konsep mengajar menjadi belajar. Perlu diciptakannya lingkungan belajar yang memungkinkan terjadinya penemuan dan pengembangan ilmu pengetahuan (Lokakarya pendalaman materi pekerti-AA, 2006) Pemahaman terhadap proses belajar dan pencapaian belajar mahasiswa membutuhkan pengetahuan tentang bagaimana seseorang belajar. Pengenalan unsur-unsur utama yang umum dalam belajar dapat diterima secara luas, walaupun proses belajar berbeda-beda pada setiap tingkatan (Robotham, 1999).
Gaya belajar mahasiswa-mahasiswa reguler tahun 2005/2006 didominasi oleh gaya belajar / modalitas visual (48,9%), sedangkan gaya penyerapan informasi pada mahasiswa didominasi 50 % adalah pemikir Acak Abstrak /AA. Pemikir AA menyerap ide-ide, informasi, dan kesan dan mengaturnya dengan refleksi. Pemikir AA mengingat dengan sangat baik jika informasi dipersonifikasikan. Perasaan juga dapat lebih meningkatkan atau mempengaruhi belajar. Pemikir AA merasa dibatasi ketika berada di lingkungan yang sangat teratur (DePorter dan Hernicki, 2002).
Kondisi mahasiswa ini berbeda dengan pola pendidikan keperawatan yang cenderung menetapkan keteraturan seperti frekuensi tatap muka, jam perkuliahan/ praktikum, deadline pengumpulan tugas terstruktur. Melihat kondisi ini, perlu dikembangkan adanya pengenalan potensi/modalitas belajar agar mahasiswa mengenal modalitas belajar.
Silahkan Download Disini : JURNAL KEPERAWATAN PENGARUH PELATIHAN GAYA BELAJAR TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA
0 Response to "JURNAL KEPERAWATAN PENGARUH PELATIHAN GAYA BELAJAR TERHADAP PENINGKATAN INDEKS PRESTASI MAHASISWA"
Post a Comment