JURNAL BIOLOGI Hubungan Kondisi Faktor Lingkungan dan Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Pasca Erupsi Merapi Tahun 2010

blogger templates

Penulis : Putri Festiani Cahyaningrum
Keyword : Environmental Factor, Acute Respiratory Tract Infection.









Jurnal Penelitian | JURNAL BIOLOGI Hubungan Kondisi Faktor Lingkungan dan Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Pasca Erupsi Merapi Tahun 2010 | ISPA merupakan penyakit infeksi yang dapat menyerang pada balita di saluran napas dan kebanyakan merupakan infeksi virus. Penderita akan mengalami demam, batuk, dan pilek berulang serta anoreksia. Infeksi akut pada balita kan mengakibatkan berhentinya pernapasan sementara atau apnea (Meadow, 2005 : 153-154).

Kejadian ISPA lebih rentan terjadi pada balita dikarenakan pada umumnya kejadian infeksi merupakan kejadian pertama serta belum terbentuknya secara optimal kekebalan secara alamiah. ISPA pada balita memberikan dampak yang tidak baik pada balita dikarenakan daya tahan tubuh balita berbeda dengan orang dewasa sehingga apabila salah satu anggota di dalam rumah terkena penyakit pernapasan maka memungkinkan terjadi penularan balita atau anggota keluarga yang lain karena penularan ISPA melalui udara (air borne disease).

Menurut (Nelson, 2002:1456-1483), Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) dibedakan menjadi dua yaitu Infeksi saluran napas atas adalah infeksi yang disebabkan oleh virus dan bakteri termasuk nasofaringitis atau common cold, faringitis akut, sinusitis dan lain-lain, sedangan infeksi saluran pernapasan akut bawah merupakan infeksi akibat telah didahului oleh infeksi bakteri sekunder, yang termasuk dalam penggolongan ini adalah bronkhitis, pneumonia dan lain – lain. Menunjukkan infeksi apabila proses penyakit berlangsung hingga lebih dari 14 hari. Gejalanya antara lain batuk, serak, pilek, panas atau demam lebih dari 37°C.

Penyebab ISPA disebabkan akibat mikroorganisme meliputi parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, koronavirus, streptokokus, dan lain-lain ; perilaku individu. Cara Penularan ISPA dengan adanya kontak hand to hand transmission dan udara tercemar air borne disease yang mengandung bibit penyakit lewat saliva atau sputum.

Rumah sehat merupakan tempat tinggal yang memenuhi kriteria syarat pemukiman sehat. Faktor lingkungan mempunyai peran dalam epidemologi penyakit khususnya pada anak. Polusi udara yang tidak baik dapat berpengaruh dengan tingginya angka kejadian ISPA. Hunian yang memenuhi syarat pemukiman sehat antara lain : ventilasi yang memenuhi syarat adalah ≥ 10% dari luas lantai, kepadatan rumah yang baik dihuni ≤ 2 orang, suhu ruangan 18-30°C, kelembaban 40-70%, keadaan lantai kedap air dan tidak lembab, dinding permanen atau tembok, atap terbuat dari genteng dan menggunakan langit-langit, sumber air bersih berasal dari sumber air bersih yang memenuhi syarat kesehatan, saluran pembuangan air limbah yang sesuai syarat kesehatan yakni memiliki sumur resapan, debu partikel yang mencemari udara di dalam ruangan dan di luar ruangan, intensitas cahaya berkisar 60-120 Lux. 

Dalam status kesehatan dipengaruhi 3 faktor yakni host, agent dan environtment. Dari ketiga faktor tersebut akan menghasilkan keadaan sehat atau keadaan sakit. Lingkungan juga mempunyai peranan penting terjadinya suatu penyakit. peranan lingkungan yang tidak sehat atau buruk sebagai salah satu bagian dari terjadinya suatu penyakit menular, dalam hal ini ISPA akan mendukung agent untuk mejangkiti serta keadaan didukung keadaan host itu sendiri dalam hal ini balita yang lebih rentan terkena ISPA karena belum terbentuknya proses kekebalan yang ilmiah.


0 Response to "JURNAL BIOLOGI Hubungan Kondisi Faktor Lingkungan dan Angka Kejadian Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) pada Balita di Wilayah Kerja Puskesmas Cangkringan Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta Pasca Erupsi Merapi Tahun 2010"

Powered by Blogger.