Penulis : Ifa Nur Azizah,Widyah Setiyowati
Kata Kunci : Pengetahuan ibu pemulung tentang personal hygiene, Skabies pada Balita
Jurnal Penelitian | JURNAL KEBIDANAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PEMULUNG TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA BALITA DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTA SEMARANG | PHBS adalah bentuk perwujudan paradigma sehat dalam budaya hidup perorangan, keluarga dan masyarakat yang berorientasi sehat, dengan tujuan untuk meningkatkan, memelihara dan melindungi kesehatannya baik fisik, mental spiritual maupun sosial. Salah satu indikator PHBS dalam tatanan rumah tangga adalah kebersihan perorangan atau personal hygiene (Darsono, 2003)
Personal hygiene adalah suatu tindakan untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik dan psikis Personal hygiene bertujuan agar manusia dapat memelihara kesehatan diri sendiri, mempertinggi dan memperbaiki nilai kesehatan, serta mencegah timbulnya penyakit.
Personal hygiene disini antara lain mencakup kebersihan kulit, kebersihan rambut, perawatan gigi dan mulut, kebersihan tangan, perawatan kuku kaki dan tangan, pemakaian alas kaki, kebersihan pakaian, makanan dan tempat tinggal (Tarwoto, 2003).
Masalah personal hygiene merupakan hal yang sehari-hari harus dilakukan, namun kadang masih dianggap kurang penting. Pendapat ini terjadi karena kurangnya sosialisasi akan pentingnya personal hygiene.
Pengetahuan masyarakat yang kurang tentang personal hygiene, membuat perilaku hidup sehat ini sulit diterapkan di masyarakat.Faktor lain yang membuat personal hygiene tidak diterapkan adalah body image, praktek sosial, status sosial ekonomi, budaya, kebiasaan seorang dan kondisi fisik. Penerapan personal hygiene yang kurang akan memudahkan timbulnya suatu penyakit-penyakit menular.
Penyakit-penyakit menular di lingkungan yang sering terjadi akibat dari kurangnya kebersihan diantaranya tuberculosis paru, infeksi saluran pernapasan atas, diare, cacingan, dan penyakit kulit (dermatitis, scabies) masih merupakan masalah kesehatan yang juga dapat ditemukan di lingkungan-lingkungan yang kurang hygienenya seperti di Tempat Pembuangan Akhir (Santosa, 2002).
Skabies adalah erupsi kulit yang disebabkan infestasi dan sensitisasi oleh kutu Sarcoptes var hominis dan bermanifestasi sebagai lesi papular, pustule, vesikel, kadang-kadang erosi serta krusta dan terowongan berwarna abu-abu yang disertai keluhan subyektif sangat gatal,ditemukan terutama pada daerah celah dan lipatan, yang penularannya terjadi secara kontak langsung dan tidak langsung, secara langsung misalnya bersentuhan dengan penderita atau tidak langsung misalnya melalui handuk dan pakaian.
Skabies dalam bahasa Indonesia sering disebut kudis, orang Jawa menyebutnya “gudig’, sedangkan orang Sunda menyebutnya “budug”. Disamping itu skabies dapat berkembang pada kebersihan perorangan yang jelek, lingkungan yang kurang bersih, demografi status individu (Anies, 2005).
Menurut Depkes RI prevalensi scabies di puskesmas seluruh Indonesia pada tahun 2008 adalah 5,6%-12,95% dan scabies menduduki urutan ketiga dari 12 penyakit kulit tersering. Prevalensi penyakt skabies tahun 2008 di berbagai pemukiman kumuh (TPA, rumah susun, pondok pesantren) di Jakarta mencapai 6,20%, di kab Boyolali sebesar 7,36%, di kab Pasuruan sebesar 8,22% dan di Semarang mencapai 5,80% (Siswono,2008).
Silahkan Download Disini : JURNAL KEBIDANAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PEMULUNG TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA BALITA DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTA SEMARANG
0 Response to "JURNAL KEBIDANAN HUBUNGAN TINGKAT PENGETAHUAN IBU PEMULUNG TENTANG PERSONAL HYGIENE DENGAN KEJADIAN SKABIES PADA BALITA DI TEMPAT PEMBUANGAN AKHIR KOTA SEMARANG"
Post a Comment