Penulis : Priyatin Sulistyowati
Keywords: Burnout, self efficacy, nurse
Jurnal Penelitian | JURNAL KEPERAWATAN HUBUNGAN ANTARA BURNOUT DENGAN SELF EF ICACY PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD PROF.DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO | Pada organisasi dalam hal ini rumah sakit, menyadari pentingnya pelayanan terhadap pasien yang bertumpu pada perkembangan teknologi dan sumber daya manusia. Pelayannan terhadap pasien membutuhkan pelayan profesional agar pelayanan yang diberikan lebih bermutu. Sekitar 60% pegawai rumah sakit adalah perawat. Secara teknis tugas perawat lebih memakan waktu karena harus mengawasi perkembangan pasien secara intensif dalam 24 jam. Dengan demikian peranan perawat semakin jauh terlibat dalam proses penyembuhan pasien dan kepuasan pelayanan terhadap pasiennya.
Apabila perawat tidak mampu menghadapi tuntutan – tuntutan dilingkungan kerjanya, maka akan muncul kelelahan fisik dan emosional yang pada akhirnya akan muncul burnout pada perawat. Burnout yaitu suatu keadaan dimana individu mengalami kelelahan fisik, mental dan emosional yang terjadi karena, stres yang dialami dalam jangka waktu yang cukup lama dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional yang cukup tinggi. Efek yang timbul akibat burnout adalah menurunnya motivasiterhadap kerja, sinisme, timbulnya sikap negatif, frustasi, timbul perasaan ditolak oleh lingkungan, gagal dan self esteem rendah (Mc Ghee dalam Irawati, 2002).
Burnout pada pekerja pelayanan kemanusiaan dalam hal ini perawat lebih sering dikaitkan dengan perasaan lelah secara fisik dan psikis. Burnout terjadi akibat berubahnya kondisi psikologis pemberi layanan seperti perawat akibat reaksii kerja yang tidak menguntungkan.
Wujud dari perubahan tersebut berupa kelelahan fisik (physical exhaution), kelelahan emosional dan kelelahan mental ( mental exhaution ) kerena bekerja dalam situasi yang menuntut keterlibatan emosional ( Sujipto, 2001).
Burnout yang terjadi karena stres kerja yang berkepenjangan merupakan suatu keadaan yang tidak dapat dihindari oleh perawat dalam menjalankan tugasnya melayani pasien – pasien di rumah sakit karena burnout merupakan resiko pekerjaan bagi setiap orang yang bekerja pada pelayanan kesehatan seperti perawat.
Menurut sarafino (1992) proses kognitif merupakan proses mental dalam menilai stresor atau sumber stres serta kemampuan menilai dirinya untuk mengatasi stres. Salah satu cara yang dapat dilakukan individu dalam proses kognitif untuk menilai kemampuan dirinya untuk mengatasi stres adalah dengan self efficacy. Hal ini sesuai dengan yang diungkapkan oleh Schaufeli dan Buunk ( 1996), ada beberapa variabel individu yang dapat mempengaruhi hubungan antara tekanan dan ketegangan yang dialami individu, salah satu variabel itu adalah self eficacy. Self eficacy merupakan bagian dari konsep diri ( self concept). Self efficacy adalah penilaian individu mengenai kemampuan dirinya untuk melakukan tugas atau tindakan yang diperlukan untuk mencapai performansi tertentu. Self efficacy bersifat subyektif karena menekankan pada keyakinan individu yang merupakan persepsinya terhadap kemampuan yang dimiliki dimana penilaian self efficacy tidak bisa digeneralisasikan pada setiap situasi.
Self efficacy pada kehidupan sehari – hari akan tampak pada tindakan yang akan dipilih. Jika dihadapkan pada siuasi tertentu serta dalam pola pikir dan reaksii emosional yang dimunculkan. Bandura (1986) mengungkapkan bahwa individu yang memiliki self efficacy tinggi , pada saat menghadapi situasi yang menekan akan berusaha lebih keras dan bertahan lama serta akan lebih aktif dalam berusaha daripada orang yang mempunyai self eficacy rendah, dan akan lebih berani menetapkan target atau tujuan yang akan dicapai. Orang yang memiliki self efficacy tinggi akan berusaha melakukan tugas atau tindakan untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan dan berusaha beradaptasi dengan berbagaii rintangan – rintangan dalam pekerjaan mereka termasuk burnout yang dialaminya. Begitu juga seorang perawat yang memiliki self efficacy tinggi akan mampu mengatasi burnout yang dialaminya karena adanya tuntutan – tuntutan dalam pekerjaan mereka.
Seorang perawat yang memiliki self efficacy tinggi akan memiliki tingkat burnout yang rendah. Beberapa penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa peningkatan self efficacy membantu individu mengendalikan situasi menekan yang dihadapinya secara lebih efektif sehingga performasinya meningkat. Penelitian – penelitian tersebut antara lain penelitian yang dilakukan oleh Eden dan Aviram (1993) bahwa selfefficacy berhasil meningkatkan jumlahpenganggur memperoleh pekerjaan
melalui pelatihan self efficacy.
Penelitian jex dan Bliesse (1999) bahwa self efficacy berkorelasi negatif dengan stres kerja dimana sellf efficacy dapat mengurangi stres kerja yang dialami para pekerja. Berdasarkan latar belakang ini, penulis tertarik untuk mengetahui hubungan antara self efficacy dan tingkat burnout pada perawat di ruang rawat inap Prof. Dr. Margono sokarjo Purwokerto.
Silahkan Download Disini : JURNAL KEPERAWATAN HUBUNGAN ANTARA BURNOUT DENGAN SELF EF ICACY PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD PROF.DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO
0 Response to "JURNAL KEPERAWATAN HUBUNGAN ANTARA BURNOUT DENGAN SELF EF ICACY PADA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD PROF.DR MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO"
Post a Comment